Not A HIGH MAINTENANCE Woman
Pernah menemukan cewek yang mukanya agak asem kalau diajak jalan naik angkot? Pernah menemukan cewek yang berekspresi jijik kalau diajak makan dipinggir jalan? Pernah menemukan cewek yang barang-barangnya branded, dan kamu ga cukup pede buat ngasih barang biasa aja sama dia? Pernah menemukan cewek yang gak mau ke pasar tradisional dan harus ke supermarket?Pernah menemukan cewek yang hobinya nongkrong di kafe mahal? Pernah menemukan cewek yang nggak pernah beli baju di pasar baru? Pernah menemukan cewek yang HP nya selalu update? Pernah menemukan cewek yang sesusah ini gak ongkosnya?
Cewek yang dilabeli High Maintenance ini ternyata sudah menyebar ke seluruh jagat raya. Entah di mana asal mulanya, yang aku temuin especially di Bandung, spesies cewek kaya gini udah kaya kacang goreng. Belum ada sensus penduduk ataupun penelitian psikologi tentang ini sih sebenarnya, karena ini pure pendapat manusia, dan sekarang jadi pendapat aku juga. Cuma miris aja, ketika harus menghadapi perempuan yang harus diperlakukan seperti ini.
Mungkin mereka gak salah, yah, itu kan hidup mereka ya, suka suka mereka, but i am not the part of them. Kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Jika makanan enak dan baju mahal itu jadi pusat kebahagiaan, menurut aku itu gawat, karena hal yang ada di dunia itu berkembang dan berinovasi. Makanan akan terus meng
menu baru dengan harga baru, gadget juga terus berinovasi dengan harga yang cepat sekali naik, pakaa menjadi lebih dan lebih tinggi lagi. Cape bo, ngikutin yang kaya beginian. Tapi aku nggak sama sekali munafik, sebagai perempuan tulen bukan banci, aku suka pakaian bagus,makanan enak, dan gadget canggih, aku juga suka diperlakukan dengan sopan,baik,dan diistimewakan dengan tidak ditinggal senuan itu pengen banget di-take care-in dengan sebaik-baiknya sama orang lain. Ibaratnya pasir, perempuan tidak bisa digenggam dengan tangan terbuka juga tidak bisa digenggam terlalu erat. Ribet? No, bergantung perempuan seperti apa yang dihadapi.
Back to the theme, dengan sifat dasar perempuan yang pengen diistimewakan, ada banyak yang merasa terlalu "istimewa". Sebagian dari mereka, yang high maintenance itu merasa dirinya istimewa dan harus diperlakukan dengan istimewa, atau kasarnya "ga mau hidup susah". Ada aja yang merasa ilfil ketika ada laki-laki ngajakin naik angkot, atau ngajakin makan di warteg. Anehnya, para lelaki itu juga genksi banget ngajakin para perempuan itu buat diajak hidup susah, its good sometimes, tapi menurutku boleh dilakukan untuk mengecek ini perempuan high maintenance atau bukan. Every man needs woman yang mau mendampingi hidupnya di kala susah dan senang kan? tapi gak banyak yang pinter membedakan mana perempuan yang high maintenance (or we call ga bisa diajak susah) sama yang punya endurance yang tinggi. Ups, aku gak mau bilang kalau perempuan high maintenance itu ga punya endurance yang tinggi, no no, aku belum menemukan korelasi antara kedua itu. Tapi bagi aku pribadi (subjektif ya) , perempuan yang memiliki peraturan ketat untuk diperlakukan istimewa ini sedikitnya pasti ga memiliki ketahanmalangan yang tinggi, karena mereka gak bisa hidup susah kan? Jadi ya agak-agak memungkinkan kalau perempuan high maintenance kurang memiliki endurance yang baik. Aku bilang "memungkinkan" ya, pendapat aku aja.
Thats why, aku benar-benar nggak mau jadi part of HMW (high maintenance woman) ini. Jika memang banyak hal positif yang didapatkan dengan menjadi HMW, aku dengan senang hati tidak mau menerima. Meski godaan nya berat, karena kebutuhan psikologis wanita untuk diistimewakan itu besar, kita meski tetep pinter-pinter menjaga kemampuan diri, endurance kita, untuk mampu menemani pasangan (suami) kita di kala susah atau senang. Biar kita menjadi wanita yang sanggup menghadapi permasalahan pelik dalam pernikahan, dan nggak lembek nggak menya menye, de el el. can u get it?
Demikianlah High Maintenance Woman dalam mind set aku. Ini pikiran subjektif yang mungkin mengundang kontradiktif. But for now, i am not a high maintenance woman. thank you.
Mungkin mereka gak salah, yah, itu kan hidup mereka ya, suka suka mereka, but i am not the part of them. Kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Jika makanan enak dan baju mahal itu jadi pusat kebahagiaan, menurut aku itu gawat, karena hal yang ada di dunia itu berkembang dan berinovasi. Makanan akan terus meng
menu baru dengan harga baru, gadget juga terus berinovasi dengan harga yang cepat sekali naik, pakaa menjadi lebih dan lebih tinggi lagi. Cape bo, ngikutin yang kaya beginian. Tapi aku nggak sama sekali munafik, sebagai perempuan tulen bukan banci, aku suka pakaian bagus,makanan enak, dan gadget canggih, aku juga suka diperlakukan dengan sopan,baik,dan diistimewakan dengan tidak ditinggal senuan itu pengen banget di-take care-in dengan sebaik-baiknya sama orang lain. Ibaratnya pasir, perempuan tidak bisa digenggam dengan tangan terbuka juga tidak bisa digenggam terlalu erat. Ribet? No, bergantung perempuan seperti apa yang dihadapi.

Thats why, aku benar-benar nggak mau jadi part of HMW (high maintenance woman) ini. Jika memang banyak hal positif yang didapatkan dengan menjadi HMW, aku dengan senang hati tidak mau menerima. Meski godaan nya berat, karena kebutuhan psikologis wanita untuk diistimewakan itu besar, kita meski tetep pinter-pinter menjaga kemampuan diri, endurance kita, untuk mampu menemani pasangan (suami) kita di kala susah atau senang. Biar kita menjadi wanita yang sanggup menghadapi permasalahan pelik dalam pernikahan, dan nggak lembek nggak menya menye, de el el. can u get it?
Demikianlah High Maintenance Woman dalam mind set aku. Ini pikiran subjektif yang mungkin mengundang kontradiktif. But for now, i am not a high maintenance woman. thank you.
*foto diambil secara random dari google
0 komentar