KM Kelas saya
KM atau ketua mahasiswa, atau di kelas saya, biasanya dipanggil ketua suku, merupakan orang yang mengorganisir kegiatan pembelajaran di kelas selama masa perkuliahan saya di Kelas A Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Namanya Febi Deriawan Pratama, posturnya agak tambun, berisi, dan unyu. Saya pernah berjanji suatu saat akan menggambarkan profil teman saya ini di blog, karena dia begitu menginspirasi dan berjasa bagi seluruh warga kelas A PPB 2008. Starting now.
Tidak banyak mahasiswa yang mau dijadikan km kelas. Karena pada akhirnya, sang km jadi seperti babu yang mengurus teknis perkuliahan, yang you know, mahasiswanya nyenyeh dan susah diatur. Meskipun diiming-imingi bisa dekat dengan dosen, dan nilai plus, jadi ketua kelas masih saja bukan pilihan yang menggiurkan, khususnya di kelas kami yang warganya hobi banget protes dan mengkritik. Tapi, Febi, teman saya itu, menerima jabatan ketua kelas dengan sangat legowo. Dia bukan saja mengatur semua teknis perkuliahan dengan tanpa keluhan, dia juga menjadi penyemangat kami selama proses kuliah. Caranya? Febi selalu rela bolak-balik mencari kelas, naik turun tangga (tapi maaf ya feb ga bikin kamu kurus juga), menghabiskan pulsa telepon untuk menghubungi dosen, mengurus absen dan jurnal perkuliahan, mengatur jam perkuliahan, dan, yang membuat dia berbeda, dia selalu menjarkom sms penyemangat untuk semua warga kelas seperti saat menjelang UAS atau presentasi. Mungkin bagi sebagian orang ini tidak spesial, tapi saya dan sebagian teman yang lain terharu dengan kebiasaan febi memberikan sms semangat Biasanya sms nya kurang lebih seperti ini
"Jarkom, presentasi kelompok pertama dimulai besok ya, Semangat untuk teman-teman kelompok pertama, Yakin lulus 2012 :)"
kurang lebih seperti itu, biasanya sms tektek bengek penyemangatnya itu lebih panjang lagi. Saya yang tidak suka membaca sms panjang-panjang tetap terharu juga melihat usaha Febi menyemangati kami yang malas dan prokastinator tingkat akut. Febi menurutku memiliki daya juang dan kepemimpinan yang keren. Orangnya ga neko-neko, idealis banget engga, rajin banget engga, malas juga engga. Yang lebih salut lagi, dia bisa mengatur kami! ya, kami memang mahasiswa psikologi yang mood, habit, dan intelektual nya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tapi semua warga kelas bisa diatur Febi (meski agak susah ya bikin kami diem dan dengerin kamu baik baik feb), itu magic banget di mata saya. Febi mampu membuat kami semua manut terhadap keputusan yang menurut kita memang masuk akal. Mungkin karena kita melihat pengorbanan febi buat kelas yang hardly sweet, kita juga gak tega membuat dia harus cape-cape lagi memaksa kita berkata iya.
Febi termasuk orang yang jarang banget mengeluh, meski saya tahu dia sering kecapean. Secara gitu naik turun tangga tanpa lift, dua, tiga lantai ya lumayanlah. Atau harus membawa tugas anak-anak yang tebelnya gak bisa diperikirakan akal sehat (suruhan dosen sih, mau kita sih tipis tipis aja). Febi mau menunggu anak-anak yang telat ngumpulin tugas, dia tunggu sampai benar-benar terkumpul, dan kadang membuat trik biar anak-anak yang telat tetap bisa terjadwal mengumpulkan tepat waktu. Sangat berjasa. Kalau ada pahlawan tanpa tanda jasa di kelas A PPB 08 aku pikir, bukan cuma dosen, tapi ketua kelas ini.
Alhamdulillah, dia berhasil ikut sidang bulan kemarin, meski kejar-kejaran banget sama deadline. Mungkin Tuhan emang sayang banget sama Febi, sampai dia bisa sidang bulan kemarin. Kebetulan dia seruangan sama saya, di ruangan yang disebut temen-temen sebagai ruangan neraka, karena dosen penguji nya pinter-pinter banget. Harusnya Febi urutan pertama, tapi karena saat itu kondisi saya sedang sakit, saya didahulukan. Febi saat itu berbaik hati mempersilakan saya, yang baru H-2 keluar dari rumah sakit untuk maju sebagai peserta sidang pertama, dengan alasan saya tidak kuat menunggu lama. Hal kecil yang sweet yang saya temukan saat itu adalah, teh yaya, -kaka saya yang harus menunggui saya selama sidang karena takut kesehatan saya melemah lagi- merasa sangat terharu dengan manner Febi yang sangat sopan. Febi dengan dewasanya memberikan box konsumsi bagiannya kepada teh yaya, persis seperti tuan rumah menjamu tamunya. Febi bilang, konsumsi buat dia gampang bisa minta lagi ke panitia. Teh yaya merasa, bukan masalah box konsumsinya, tapi sikap Febi yang dengan dewasa dan sopannya berusaha menjamu teh yaya itu yang membuat teh yaya salut. Itu hal kecil, yang menurut saya penting dimiliki mahasiswa zaman sekarang.
Sidang itu kali terakhir saya bertemu Febi, 26 Desember 2012. Saya berharap dia tetap menjaga sifat-sifat baiknya, karena saya yakin dia akan menjadi orang besar jika dia bisa mempertahankan semua itu. Sepenuhnya saya sadar, kecerdasan intelektual itu tidak bisa secara otomatis membuat seseorang menjadi sukses, tapi justru karakter yang meliputi keterampilan komunikasi intrapersonal dan interpersonal yang ternyata juga sangat menunjang kesuksesan seseorang. Semoga semakin banyak Febi-febi lainnya di mahasiswa jurusan kami. And last, terima kasih Ketua Kelas kami yang unyu. Semoga sukses terus ya, we love ya! :)
1 komentar