Analisis Diri itu Berbuah Manis
Berawal dari kegalauan, tentang
rencana masa depan, saya banyak membaca tulisan orang-orang tentang karir. Banyaknya sih
tulisan di twitter. Apapun saya
baca. Karena saya yang saat itu masih berstatus mahasiswa, tidak benar-benar
yakin dengan jenjang pendidikan yang ditempuh.
Dari kecil, saya merasa tidak
ahli di satu bidang. Ya, saya merasa tidak sangat pintar berhitung, tidak
sangat pintar menulis, tidak sangat pintar menggambar, dan tidak “sangat”
lainnya. Saya merasa saya berada di barisan average,
barisan rata-rata. Jikalau saya sempat mendapatkan ranking 1, itu karena
nilai saya semuanya rata. Kecuali olah raga.
Saya tahu psikomotor saya rendah.
Dari semua potensi yang saya rasa
biasa saja, saya lalu mengandalkan hobi. Dari kecil, saya hobi menulis diary. Dari SD, entah kelas berapa, saya
sudah mengoleksi diary bermacam
desain. Sampai awal perkuliahan, saya mengenal blogspot, wordpress, dan tumblr,
akhirnya diary saya berpindah menjadi
diari digital. Tapi hobi saya mengumpulkan notebook
lucu, tetap berlanjut. Buku buku imut itu beralih fungsi menjadi catatan
kecil plan saya, atau banyak hal yang
sering saya lupa, saya tulis di situ.
Sampai suatu saat, ketika saya
sudah menjadi mahasiswa prodi bimbingan dan konseling, saya masih saja
mempertanyakan, akan menjadi apa saya 5 tahun lagi? Jalan karir seperti apa
yang akan saya kembangkan? Tentu saya memimpikan karir seorang ibu rumah tangga
yang sempurna. Semacam Ainun Habibi itu. Tapi tetap saja, saya ingin mengetahui,
pekerjaan apa yang sebenarnya saya minati.
Hobi blogging terus berlanjut. Berselancar internet hampir sepanjang
waktu. Minus mata saya bertambah, dan saya tak bisa diganggu jika sedang bertatap
muka dengan laptop. Di internet itu saya
menemukan banyak hal baru. Hobi browsing mengenalkan
saya pada fashion blogger, juga
blog-blog DIY. Saya menyukai itu semua.
Hingga akhirnya sebuah tweet dari penulis favorit @ikanatassa mengantarkan saya pada sebuah
website Harvard Business Review. Di sana
tertulis jelas bahwa karir atau bisnis yang baik itu adalah irisan dari tiga
hal, (1) potensi, (2) minat/hobi, (3)
pasar . Artikel itu membuat perenungan saya semakin dalam.
Saya menelusuri tiga hal
tersebut, mengaitkannya pada apa saya yang miliki.
(1) Potensi,
apa potensi saya? Saya tidak benar-benar tidak tahu saya sebenarnya bisa apa. Hasil tes psikologi tak pernah membuat saya
puas. Saya masih saja merasa kemampuan saya rata-rata. Kemudian, sebuah obrolan panjang dengan
kakak, sekaligus sahabat, sekaligus inspirator saya, Teh Dewi Fuzti memberikan
pendapat.
“Yang paling
saya suka dari kamu, adalah tulisan. Saya
senang membaca tweet, postingan blog, puisi
kamu, dan cerpen kamu terasa seperti tulisan novelis besar”.
Singkat cerita,
saya putuskan, saya mengakui saya bisa menulis. Sebuah kemampuan yang tidak
semua orang miliki. Mau tidak mau, saya harus mengakui ini, sebagai landasan
untuk terbang.
(2) Minat
, sepertinya minat saya banyak. Saya persempit. Saya lihat, apa yang membuat
saya sangat tertarik? Apa yang membuat saya betah berlama-lama di depan
internet? Jawabannya adalah fashion. Saya tahu saya bukan fashionista. Saya
tidak terlalu mengikuti perkembangan fashion
dari koleksi winter,summer,fall, dan sebagainya. Tapi acara fashion di TV,
artikel di majalah, blog fashion, berita designer, saya suka.
Ya, karena harus
diputuskan. Saya pilih fashion sebagai minat saya.
(3) Pasar,
saya banyak membaca saat itu. Saya tahu pasar industri busana muslim sedang
menggeliat. Di mana mana ada yang menjual busana ala hijabers. Online maupun
offline. Tapi saya juga berpikir, mereka butuh media untuk mempromosikan
bisnisnya. Salah satu medianya adalah majalah fashion hijab. Ada beberapa
majalah fashion hijab yang sedang naik daun. Saya bisa mencuri pasar di situ.
Begitu kira-kira analisis kecil
yang saya buat. Saya simpulkan, sepertinya akan tepat rasanya jika saya menulis
untuk sebuah majalah fashion hijab. Entah bagaimana caranya, saya tak tahu.
Saya pun masih harus belajar banyak, tentang tata kepenulisan maupun tentang
fashion. Tapi saya telah memutuskan, saya akan menikmati pekerjaan menulis di
sebuah hijab fashion magazine.
And you know what? Years and
moths flies. Sekarang, semua terkabul.
Saya ditugaskan untuk menulis secara tetap si sebuah Majalah Fashion Hijab yang
sangat saya sukai, LAIQA MAGAZINE. Perjalanan untuk sampai di sini pun begitu
panjang. Dan saya tahu, perjalanan saya ke depannya pun masih panjang dan
mungkin berliku.
Saya hanya menyadari bahwa
Allah itu Maha Baik, dan begitu banyak ayat dalam Al Quran yang menyatakan “bagi orang-orang yang berpikir”. Allah menciptakan akal bagi manusia untuk membedakannya dengan hewan. Jadi, masalah, seberat apapun, jika dipikirkan dengan sehat, selalu bersanding dengan jalan keluarnya. Wallahualam.
Masih banyak yang ingin saya
ceritakan, tapi takut jadi boring kalau sekarang ditulis semua. Jadi, sampai
jumpa di postingan berikutnya ya :)
3 komentar