What I've Been Looking For
Nggak tahu di mana letak salahnya kalau masih menjomblo di
usia 24 tahun. Tapi selalu saja banyak yang bertanya kapan nikahlah, pacarnya
manalah, dan yang paling sering adalah “Kamu nyari yang kaya gimana sih, Mi?”
Gini, saya pribadi sebenarnya bukan tipe pemilih banget.
Kalau belanja barang sih memang suka penuh pertimbangan dan mikirnya lama.
Misalnya mau beli deterjen saja, saya harus liat itu netto nya berapa
kandungannya apa saja kemudian dibandingkan antara satu merk denga merk
lainnya. Tapi memang itu bisa disetarakan dengan memilih pasangan? Entahlah.
Yang pasti, sebenarnya saya cukup simple. Jawaban dari apa yang sebenarnya saya
cari adalah “Dia yang membuat saya berhenti mencari, dan dia yang berhenti
mencari karena telah menemukan saya”. Itu intinya.
(Iya itu yang kaya gimana maksudnya??? *pertanyaan
orang-orang makin menjadi kalau saya jawab seperti di atas*)
Selain dilihat dari perspektif agama yang menyatakan
kriteria terpenting tentunya adalah agamanya, tentu yang saya cari adalah orang
yang saya butuhkan dan orang yang membutuhkan saya. Saya sudah bukan abg lagi
yang membicarakan kriteria laki-laki yang “diinginkan” saya hanya mencari
seseorang yang saya butuhkan dan membutuhkan saya. Sayangnya, sampai saat ini,
saya benar-benar tidak tahu pasangan seperti apa yang saya butuhkan itu. Hanya
Allah yang tahu, manusia terlalu terbatas untuk mengetahui apa sebenarnya yang
mereka butuhkan.
Satu hal yang ternyata penting. Saya orangnya agak melakolis
sebenarnya. Saya paling tersiksa kalau menjadi orang yang tidak berguna. Untuk
itu, penting bagi saya untuk menjadi orang yang benar-benar berfungsi bagi
pasangan. Sempat saya hampir jatuh cinta (atau pernah jatuh cinta? LOL) pada
seseorang. Dia memiliki banyak hal yang saya sukai, yang saya mau. Tapi selama
bersamanya, saya merasa tak pernah merasa berguna. He has everything, he does everything on his way. Pendapat saya hampir selalu tampak tak berguna.
Setampan, sekaya, sepintar, dan sesoleh apapun seorang pria, jika di sampingnya
kita hanya patung pancoran yang tak berfungsi apa-apa, untuk apa?
Begitulah kira-kira. Sampai detik ini saya masih menunggu
seseorang yang membuat saya berhenti mencari. Saya pun masih menunggu seseorang
yang berhenti mencari ketika menemukan saya. Seperti itu saja, sambil saya
memperbaiki diri sebaik mungkin, sambil saya menyelami diri untuk tahu seperti
apa sebenarnya yang saya butuhkan. I believe, Allah’s planning is the most
wonderful way.
2 komentar