Menjemput Rezeki dengan Memberi
"Rezeki itu nggak bisa dihitung dengan rumus matematika apapun, Mi."
Kata-kata yang melekat kuat di ingatan, saat almarhumah mama dengan lempengnya ngomongin biaya yang harus keluar dalam sebulan, dan dibandingkan dengan penghasilannya dalam sebulan. Unpredictable! Bedanya jauh banget, jauh lebih besar pengeluarannya. Di sini, saya mau melepaskan diri dari segala teori manajemen dan konsultasi keuangan yang sekarang lagi hits. Karena ternyata memang ada yang lebih mengejutkan dari teori "memberi".
Mama bukan wanita office hour yang mendapat uang dengan jumlah yang sama setiap bulannya. Mengimani bahwa rezeki itu dari tuhan, bukan tangan manusia itu super sulit pemirsa. Tapi, entah kekuatan apa yang membuat mama nggak pernah mengkhawatirkan dirinya sendiri ketika harus mengeluarkan biaya besar untuk kesembilan anaknya, untuk santri-santrinya, untuk sanak saudaranya, untuk siapapun yang membutuhkan.
"uang yang keluar untuk orang lain (dengan ikhlas) akan memberi manfaat untuk kita sampai berkali lipat dan bisa terus begitu dalam waktu yang panjang, tapi uang yang keluar untuk diri sendiri hanya memberi satu manfaat saat itu saja tidak ada lagi."
Sulit memang meyakini ketika kita memberi sesuatu secara cuma cuma kepada orang lain (memberi bantuan berupa materi, tenaga, ataupun pikiran), akan ada balasan dari Tuhan dengan waktu yang tidak bisa diprediksi. Sulit juga membiarkan hati kita tulus membantu tanpa ada setitik pun harapan, akan ada balasan. Tapi saya mempelajari itu dari mama, jemput rezeki dengan memberi, katanya.
Sampai-sampai banyak orang Cina yang mengalokasikan pendapatannya untuk diberikan ke mesjid mesjid tertentu, dengan kepercayaan membuka peruntungan lebih besar (katanya). Andai saja mereka paham, kalau itu namanya zakat ya?
Perhitungan itu boleh, mengatur segala sesuatunya agar selamat di akhir bulan atau masa tua, itu wajib. Tapi tidak takut untuk kekurangan (karena memberi untuk orang lain), apa salahnya? Iya, iya tahu, uang nggak dibawa mati, tapi nggak ada uang itu rasanya mau mati, iya tahu. Saya pun sesak nafas kalau bokek. Tapi, ternyata meyakini bahwa rezeki itu dari Tuhan melalui tangan kita dan upaya kita sendiri itu Maha penting.
Bersyukurlah, maka akan Ku tambah Nikmatmu.
Barang siapa yang memudahkan urusan orang lain, maka akan Kumudahkan urusannya.
Memberi sesuatu dengan tulus kepada orang lain dengan ikhlas, Maka balasannya 10 kali lipat lebih baik
Entah ayat berapa, surat apa kalimat di atas. Tapi janji Tuhan itu ternyata yang harus diimani, dan diyakini.
Saya mau menjadi penjemput rezeki dengan memberi.., saya mau termasuk orang-orang yang tulus... tolong diaminkan saja...
0 komentar