Makna lain dari Kata "Belajar"
Waktu kecil, yang saya tahu makna belajar adalah duduk
di bangku kelas, buka buku, dengerin
guru ngomong. Setelah tumbuh besar, makin mengerti kalau belajar itu bukan
hanya di sekolah, tapi bisa di mana saja. Kata orang-orang hidup ini adalah
sekolah yang sesungguhnya, tempat kita belajar apa saja.
Sampai di situ, saya
merasa sudah paham tentang konsep belajar.
Padahal belum.
Ternyata kata “belajar” itu sedemikian luasnya untuk
dibicarakan. Termasuk bagi saya yang saat ini menemukan makna lain dari sebuah
pembelajaran.
Saya belum sanggup secara finansial untuk melanjutkan
jenjang kuliah, menjadi master atau doctor. Tapi saya sangat menikmati satu
momen dimana, ternyata di dunia kerja, saya juga belajar banyak hal, banyak
banget.
3 tahun saya bekerja di ranah yang cukup berbeda-beda. Di media cetak, e-commerce, media digital, dan digital agency. Sampai akhirnya, ada satu waktu dimana saya harus membuat sebuah tugas. Dimana banyak sekali hal yang harus dipelajari kembali. Ribettt banget kayanya. Susaah banget kayanya.
Di satu sisi rasanya saya merasa malas, dan berpikir “hadohhh, ini ngapain sih jobdesk gue bikin ginian juga, kayanya gue salah tempat deh. Kayanya gue resign aja deh”. Di sisi lain saya berpikir, “Pelajari aja mi, satu persatu. Lo pasti bisa kok.”
Saya menemui satu pemahaman baru dalam belajar, yaitu untuk
mempelajari sesuatu, kita harus percaya dulu sama diri sendiri. Di sisi lain, untuk belajar
hal yang baru, kita harus menjadi botol kosong, yang dengan lapang hati
menerima ilmu baru.
Tak sedikit saya menemui orang-orang yang mentok, sulit
mempelajari hal-hal baru. Dengan alasan bukan passion atau tidak tertarik.
Padahal menurut saya, dunia ini dinamis. Terlalu banyak ilmu baru yang tumbuh
setiap detiknya. Misalnya saja perubahan digital yang terjadi belakangan ini.
Tukang ojek, kalau nggak mau belajar cara canggih akan terus menjadi tukang
ojek pangkalan yang nggak ngerti aplikasi Go-Jek itu apa. Mungkin sebagian dari
mereka akan berpikir bahwa perubahan digital ini membawa dampak buruk bagi
mereka: orderan mereka jadi berkurang. Iya gitu ini dampak buruk?
Sebaliknya, justru banyak tukang gojek yang usianya udah tua
banget, tapi masih mau belajar menggunakan gadget. Itu bukti bahwa belajar memang tidak mengenal
usia kok.
Contoh lainnya, orang-orang yang terbiasa menulis di mesin
tik, mau tidak mau harus belajar bagaimana mengoperasikan laptop. Hidup ya
gitu, terus memaksa kita untuk mempelajari hal yang baru. Kita harus menjadi
botol kosong yang “nggak mental” menerima sesuatu yang baru, sekaligus
mempercayai diri kita sendiri untuk bisa memahami ilmu tersebut.
Istilah "lifetime learner" itu benar adanya. Dee lestari belajar renang di usianya ke-40, Coloner Harland Sanders belajar memasak di-usia 40 tahun dan mendirikan KFC di usianya yang ke-60 tahun, dan ada banyak lagi tokoh yang mulai belajar di usia yang tak muda lagi.
Percaya diri, bukan berarti sombong. Menjadi botol yang kosong bukan berarti minder. Saya hanya ingin menjadi seseorang yang selalu berani untuk mempelajari hal yang baru. Anyone with me?
Istilah "lifetime learner" itu benar adanya. Dee lestari belajar renang di usianya ke-40, Coloner Harland Sanders belajar memasak di-usia 40 tahun dan mendirikan KFC di usianya yang ke-60 tahun, dan ada banyak lagi tokoh yang mulai belajar di usia yang tak muda lagi.
Percaya diri, bukan berarti sombong. Menjadi botol yang kosong bukan berarti minder. Saya hanya ingin menjadi seseorang yang selalu berani untuk mempelajari hal yang baru. Anyone with me?
Tags:
Mind of Mine
0 komentar