#Blogger101: Jadi Blogger Harus Narsis (?)
Saya memulai blog sebenarnya sudah cukup lama, dari tahun 2009. Selama satu windu itu, saya sempat membuat blog di tiga platform sekaligus; blogspot, tumblr, dan wordpress. Karena blogspot pengaturannya lebih sederhana maka saya pun melanjutkan konten hanya di link ini.
Perjalanan membuat konten ini sempat terhenti ketika saya bekerja di sebuah majalah. Jujur saat itu rasanya bosan sekali menulis, padahal ide dan materi banyak. Di kantor sudah menulis banyak, pulang ke rumah masa harus menulis lagi?
Saat itu pula nama blogger sudah mulai populer dan dikenal sebagai profesi. Sayangnya, itu malah membuat saya ciut. Saya tidak pede bukan karena isi blognya saja, terlebih karena diri sendiri.
Blog yang saya maksud tentu saja masih berkutat dengan fashion, beauty, dan lifestyle. Karena hobi saya pun menulis tentang itu. Seringkali mereka; lifestyle, fashion, dan beauty blogger harus menampilkan dirinya sendiri.
Blogger yang populer itu berseliweran di social media dengan foto OOTD, foto selfie ber-make up bagus, hingga hijab tutorial. Duh, saya kan nggak hobi foto diri sendiri seperti itu. Kalau OOTD saya nggak pede karena punya badan yang pendek. Merias wajah dengan make up saya pun nggak expert, muka juga nggak mulus. Hijab tutorial? Aduh, gaya hijab saya sih itu itu lagi.
Pokoknya banyak deh alasan yang membuat saya maju mundur untuk mengakui bahwa saya punya blog, saya menulis, saya membuat konten digital, saya senang memotret, saya menyukai fashion dan beauty things, semua hanya karena saya tidak merasa diri saya cantik. Saya tidak mau narsis.
Saya suka menulis tentang fashion, tapi kenapa fashion blogger harus menampilkan gayanya sendiri baru bisa dibilang "keren" ? Saya pemerhati skin care dan make up, tapi kenapa beauty blogger harus berkulit mulus dengan keterampilan make up yang canggih?
Begitulah terus pemikiran saya hingga blog ini mati suri dalam waktu yang cukup lama.
Sampai pada satu waktu, saya resign dari pekerjaan saya kala itu. Mencoba 'menulis' lagi di lain tempat, dengan idealisme berbeda. Di sana saya merasa, kenapa saya tidak menulis untuk saya sendiri? Kenapa hanya untuk perusahaan saja?
Jangan hanya, karena saya tidak merasa cantik dan stylish, saya tidak mencurahkan pemikiran saya sendiri tentang fashion ataupun beauty. Blog juga kebanyakan dibuat untuk kepentingan personal seperti curhat, pengalaman, reviews, etc.
Saya punya banyak kebebasan untuk berpendapat tentang beauty cosmetics, meski di keseharian saya, jarang dandan. Sah sah saja kan? Toh make up apalagi skin tidak hanya diperuntunkan bagi mereka yang dandan setiap hari.
Tapi meski ini hanyalah tulisan subjektif, bagi saya pribadi, tetap harus ada satu esensi penting: setelah di-upload dan seluruh dunia bisa baca, apakah konten ini bisa memberikan manfaat untuk orang lain?
Melalui pertimbangan itu, saya bertekad untuk menghidupkan kembali blog ini. Menulis apa saja yang ingin saya tulis, meski masih jauh dari kesempurnaan yang saya harapkan. (Ada beberapa idealisme yang belum sepenuhnya saya jalankan untuk konten blog. Untuk ini, akan saya bahas lain kali ya).
Setelah menulis lagi. Saya menemukan satu hal penting dalam berkreasi di dunia kreatif: Produk bagus tak akan dikenal tanpa marketing yang bagus. Dan marketing yang bagus tak akan ampuh tanpa kepercayaan diri.
Jadi blogger nggak perlu narsis, tapi perlu percaya diri. Asli, ini penting banget. Contohnya? Blogpost itu tak seperti social media yang pasti ada di timeline orang lain (jika bukan subscribers, atau followers by email ya). Mau tidak mau kita harus berbagi link tulisan kita di social media.
Seburuk apapun konten kita, kalau blog kita ingin dikenal ya pasti kita bagikan link-nya di social media. Mungkin di timeline pribadi, ataupun di grup blogger di Facebook. Untuk melakukan hal sesederhana itu saja, kita harus percaya diri.
Masih dalam proses 'marketing', kita bisa ikuti komunitas-komunitas blogger baik virtual maupun offline. Modalnya? Percaya diri. Ya gabung saja dulu, perihal belum punya teman atau konten kita masih 'kalah keren' dengan orang lain, itu bisa diatasi belakangan.
Selain dua hal sederhana itu, tentu ada banyak ruang lain yang membutuhkan kepercayaan diri kita. Saya pribadi, ada kalanya masih tak merasa PD. Banyak yang membuat saya masih maju mundur, tapi yang penting bagi saya: saya bisa mengungkapkan pandangan dan pemikiran saya sendiri, dan semoga saja bermanfaat.
Ternyata jadi blogger bisa sekompleks itu ya? Kalau teman-teman di sini pernah merasakan hal yang sama atau mirip-mirip? Saya tunggu ya ceritanya :)
Photo
Scarf: @madebydama
Top: @Apriland
Tags:
Mind of Mine
14 komentar