Perjalanan Saya Menemukan Dokter THT Terbaik di Jakarta





Menulis ini sebenarnya agak bingung mulai dari mana. Saya pun sesungguhnya agak enggan menceritakan hal-hal berbau penyakit atau kondisi kesehatan saya. Tapi, setelah dipikir-pikir dan mengingat kerisauan saya saat mencari dokter THT yang tepat, ada baiknya saya berbagi pengalaman. Siapa tahu ada yang memerlukan informasi ini.

Mungkin ceritanya akan dipersingkat ya. Karena penyakit telinga ini sudah datang sejak sekitar 3-4 tahun yang lalu. Saat itu, telinga saya mengeluarkan cairan. Pendek pemikiran saya, mungkin ini infeksi. Dokter pertama yang saya datangi adalah dokter di Rumah Sakit JMC Jakarta Selatan.

Saya lupa nama dokternya, karena itu sudah cukup lama. Sekitar empat tahun yang lalu. Yang saya ingat, dokternya perempuan. Kali pertama saya datang, habis saya diomeli. Dia langsung menyarankan saya untuk memeriksakan diri secara menyeluruh di Rumah Sakit THT Proklamasi, kebetulan dia buka praktik di sana.

Pergilah saya ke sana. Ada beberapa tes yang saya lakukan termasuk tes pendengaran. Hasilnya, menurut sang dokter perempuan itu saya harus dioperasi. Gendang telinga saya bermasalah, dan sejumlah diagnosa yang saya pun agak ragu.

Yang bikin tercengang tentu saja biaya operasi. Kurang lebih Rp 40 juta. Setelah operasi tidak boleh bepergian keluar kota, dan masih banyak persyaratannya. Saya sedih, dari mana ya uang segitu banyaknya.

Akhirnya, setelah ngobrol dengan keluarga. Mereka menyarankan saya untuk mencari second opinion. Di Bandung, ada dokter THT yang legendaris, namanya Prof. DR. Dr. Taufik Boesoirie, M. Sc. Uniknya, sang dokter buka praktik dari jam 5 sore hingga jam 3 pagi, dan hanya weekday.

Saya pun bertolak ke Bandung untuk memeriksakan diri. Oya sebelumnya harus telepon dulu untuk booking jadwal, karena jadwalnya selalu penuh. Pertama kali ke sana saya lupa dapat urutan berapa, tapi selalu lebih dari jam 12 malam.

Kata dr. Taufik, saya hanya infeksi saja. Ketika saya bertanya apakah saya perlu dioperasi, saya selalu ingat jawabannya:

"Saya sudah mengoperasi 5000 kuping, percaya aja. Ini nggak usah dioperasi."

Tenang rasanya mendengar jawaban itu. Apalagi obatnya cocok! Obat dari dr. Taufik ini diracik sendiri jadi lebih murah dibanding dokter THT yang lain. Harga sekali kontrol untuk dokternya saja Rp 250.000. Harga obat berbeda-beda.

Beberapa kali ke dr. Taufik, infeksi saya mereda. Tidak ada cairan yang keluar, pendengaran membaik. Singkat kata, saya cocok banget sama dr. Taufik, dan agak trauma diperiksa oleh dokter THT di Jakarta.

Empat tahun kemudian, tepatnya dua bulan lalu. Infeksi saya kambuh. Keluar lagi cairan, tidak berbau, tapi seperti nanah. Bedanya, kali ini sakiiitttt sekali. Sampai tidak bisa tidur. Rasa-rasanya seperti sakit gigi.

Merasa tidak kuat, hari itu juga saya pergi ke Bandung. Dapat urutan terakhir sekitar jam 3 pagi Sepertinya dokter Taufik juga terlihat keletihan saat memeriksa saya. Saya dapat obat seperti biasa, ditambah pereda nyeri.

Setelah minum obatnya, nyeri saya hilang. Benar-benar hilang. Tapi, cairan kuning masih keluar dari telinga saya. Karena agak ribet harus ke Bandung lagi, saya biarkan itu berlangsung.

Hingga suatu hari, telinga saya gatal sekali. Saya tidak mengorek kuping, hanya menggaruk dari luar telinga, tepatnya belakang telinga. Tapi apa yang terjadi? Telinga saya mengeluarkan darah!

Awalnya darahnya sedikit, lama-lama banyaak sekali. Sampai saat tidur pun merembes ke bantal. Sedih, bingung takut.

Saat itu weekend, saya tahu dr. Taufik pasti tutup. Tapi saya nggak bisa nunggu lama, karena setiap bepergian, darah bisa merembes di hijab saya.

Lalu, setelah bertanya sana-sini tentang dokter THT di Jakarta. Pilihan saya jatuh pada RS THT Bedah di Ciranjang, Jakarta Selatan. Takut, iya, gemeter, karena takut kejadian JMC kembali terulang.

Sambil komat kamit baca doa, akhirnya saya masuk ruangan. Dokternya bernama dr. Zanil Musa. Sudah agak berumur. Tapi, alhamdulillah dokternya kocak! Jadi bisa meredakan ketakutan saya, meski sang dokter lagi-lagi mengomeli saya.

Saat dilihat, ternyata ada daging jadi di telinga saya. Itu karena infeksi yang didiamkan lama. Daging itu bisa tumbuh. Dokter harus segera melakukan tindakan, tapi tidak bisa karena darah menghalangi.

Akhirnya dokter memasukan tampon yang sudah dilumuri obat ke telinga saya, dan menyuruh saya kontrol lagi tiga hari kemudian. Agak lega, tapi tetap takut.

Kali kedua saya ke sana, ternyata telinga saya masih berdarah. Dokter belum bisa mengangkat daging jadi di telinga saya. Akhirnya diundur lagi tiga hari berikutnya.



Kali ketiga, sudah tidak ada lagi darah keluar. Dokter bersiap mengoperasi kecil telinga saya. Sedihnya, sudah dua kali dibius, saya tetap kesakitan. Sampai nangis sesengguhkan. Karena nggak tega, dokter Zanil akhirnya mengobati saya dengan semacam cairan yang bisa 'membakar' daging jadi itu.

Meski rasanya sakit, sedih, tapi saya sangat bersyukur karena dokter Zanil sangat baiik. Dia bener-bener perhatian, nanya saya pulang sama siapa, rumah di mana, pekerjaannya apa, sampai nanya biaya ditanggung siapa. Dia pun nggak memaksakan operasi apalagi bius total karena tahu itu harganya tidak murah.

Akhirnya kami pun memutuskan untuk menghindari operasi. Setelah kejadian operasi kecil itu, kurang lebih tiga kali saya ke sana untuk diobati. Hingga hari terakhir, dokter bilang dagingnya sudah mati. Yeay!

Tapi masih bengkak. Jadi harus tetap diobat. Dokter Zanil memutuskan untuk melepas tampon dan memberi saya obat tetes saja. Bener-bener cuma obat tetes saja. Dilihat dulu seminggu ke depan, kalau masih tidak membaik, maka harus balik lagi.

Sekarang, telinga saya sudah tidak mengeluarkan darah. Tapi cairan kuning masih keluar sesekali. Tapi memang berkurang setiap harinya, setelah rutin diobati pakai obat tetes.

Perjalanan menyembuhkan telinga saya mungkin masih berlangsung. Tapi, saya merasa tenang sudah menemukan dokter yang cocok di Jakarta. Harganya? So far masih terjangkau untuk kisaran Jakarta. Sekali kontrol, tarif dokter Rp 300.000, belum tindakan.

Tapi sekali datang, total dengan obat itu sekitar Rp 400.000 - Rp 650.000. Alhamdulillah saya masih dicover asuransi kantor meski tidak sepenuhnya. Rezeki pasti ada saja, insha allah.

Demikian cerita perjalanan mencari dokter THT terbaik di Jakarta, yang sudah saya usahakan jadi sesingkat mungkin. Sebenarnya perjalanannya masih sangat panjang. Salah satunya ada di bagian II di sini.

Saya dan dr. Zanil Musa setelah memutuskan untuk operasi telinga.


Alamat Prof. DR. Dr. Taufik Boesoirie, M. Sc. 
Jl. Belitung No.4, Merdeka, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40113

Alamat RS THT Bedah Ciranjang
Jalan Ciranjang No. 20-22, Kebayoran Baru, RT.6/RW.3, Rawa Barat, Kebayoran Baru, RT.6/RW.3, Rw. Bar., Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12180

Foto: unsplash.com

Share:

4 komentar