Pregnancy is Challenging, Yet a Blessing
Pertama kali menulis tentang kehamilan setelah memasuki minggu ke-30 kandungan. Selama ini masih menahan-nahan diri untuk tidak meledak-ledak ketika membicarakan kehamilan, karena memang seantusias itu.
Benar sekali kata pepatah, bahwa ketika seorang ibu melahirkan, dirinya ikut terlahir ke dunia sebagai seseorang yang baru.
Sejak melihat garis dua di testpack, perjuangan itu sudah dimulai. Meski memang, khusus untuk aku - rasanya tidak se-surprise itu. Beberapa minggu sebelum akhirnya yakin positif hamil, badan udah nggak enak. Setiap jam 8 pagi badan meriang, kadang mual. Tapi, jadwal haid masih lama, jadi alat test pack belum bisa membaca hormon HCG yang masih sedikit dalam tubuhku.
Sempat ke dokter spesialis dalam langganan, karena takut COVID. Karena di bulan Maret 2020, kita semua lagi panik-paniknya. WFH baru saja dimulai, PSBB lagi ketat-ketatnya.
Kata dr. Indira, internist di RS Hermina Jatinegara, ada kemungkinan karena bakteri bukan virus. Dan memang aku punya asam lambung yang cukup bermasalah. Jadi, saat itu aku hanya diresepkan obat lambung yang sekiranya aman jika ternyata aku hamil. Dokter menyarankan menunggu beberapa hari lagi, lalu cek USG ke dokter kandungan untuk memastikan.
Aku pun menunggu beberapa hari, sampai setelah seminggu aku memberanikan diri untuk test pack lagi. Hasilnya: dua garis tipis.
Bertanya ke sana ke mari, semua orang bilang kemungkinan besar itu hamil. Garis tipis tandanya hormon HCG masih sangat sedikit. Jadi, kita tunggu lagi, sampai waktunya tepat, untuk melihat dua garis biru yang jelas seperti di film-film.
Sambil menunggu, aku dan Rey (suamiku) mencari dokter kandungan dan RS yang aman. Sebisa mungkin harus RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) yang tidak menerima pasien umum. Awalnya tertarik untuk cek di dr Bothe di RSIA Tambak, tapi jadwal selalu penuh.
Sampai akhirnya takdir mempertemukan aku sama dr. Ika Sri Purnamaningsih, Sp. OG di RSIA Tambak. Dari cek pertama kali hingga sekarang rutin ke sana sebulan sekali. Dokter Ika benar-benar perwujudan dokter kandungan yang aku harapkan. Beliau detail, tenang, tidak menakut-nakuti. Semua pertanyaan dijawab sangat menenangkan, membuat aku dan Rey juga lebih santai menjalani kehamilan ini.
Buat kamu yang mungkin sedang survey dokter kandungan di daerah jakarta pusat atau jakarta timur, aku rekomendasikan banget dr. Ika. Selain praktik di RSIA Tambak, beliau juga ada jadwal di RS Siloam Asri Jakarta Selatan.
Alhamdulillah, hasil cek setiap bulan selalu normal, mulai dari ukuran bayi hingga tekanan darah aku. Meski memang, trimester pertama tentu saja menantang. Mual muntah masih aku rasakan sampai saat ini. Juga, sampai saat ini aku nggak bisa makan banyak atau makan bar-bar seperti cerita bumil lainnya.
Beberapa keluhan berdatangan, dari yang lemas hampir pingsan di lobby sampai jantung berdebar tiap selesai makan. Berbadan dua memang penuh kejutan (dan aku yang tidak banyak paham).
Tapi, dokter Ika selalu menguatkan bahwa semuanya masih normal selama bayi tidak kekurangan asupan nutrisi dan aku tidak dehidrasi. Aku masih bisa beraktifitas, meski mudah lelah.
Dan dengan semua tantangan itu, i found that pregnancy is a blessing, it's beautiful.
Melihat perut membesar, mendengar detak jantungnya, merasakan gerakan kecilnya, semua membuat hati berdecak kagum. Benar-benar keagungan Yang Maha Besar yang selalu aku syukuri setiap hari.
Perasaan itu juga nggak mungkin datang, kalau tidak didukung oleh suami. Beruntung, beruntung banget rasanya memilih dan dipilih Rey. Dia benar-benar suami siaga 24 jam. Dia tahu betul bahwa kandungan itu harus dijaga bersama, tanggung jawab berdua.
Dia akan selalu menawarkan bantuan setiap kali aku kesulitan, bahkan tanpa kata-kata. Rey bakal berinisitatif mengusap punggung aku setiap kali aku merasa heart burn dan mual. Kalau aku mulai meriang, dia juga akan menyiapkan air panas untuk mandi agar aku tetap merasa nyaman. Hampir setiap pagi, dia juga menyiapkan sarapan - karena jam sarapan kami bertepatan dengan jam meeting pagi harian aku.
"Kamu yang hamil, yang mual, yang nggak enak badan, aku cuma bisa bantu usap usap ajalah ama peluk," kata dia suatu sore.
Hal sederhana, tapi bermakna.
Ini mungkin hanya sebuah tantangan kecil, bagi pernikahan kami yang masih hitungan bulan. Tapi kami terus belajar bekerja sama, berkompromi, berkolaborasi, mempelajari cara masing-masing mencintai.
Minggu ini, trimester tiga dimulai. Nggak sabar, excited, tapi juga bingung dengan apa saja yang mesti dipersiapkan.
Apapun yang ada di depan, aku hanya berharap aku, Rey, dan jabang bayi bisa terus kompak dan sehat. Semoga Allah meridhoi kelancaran semua proses kehamilan dan kelahiran kami, Aamin.
0 komentar